LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS NORMAL
2.1
Konsep Dasar Teori Nifas
2.1.1 Pengertian Masa nifas
Masa nifas atau
puerperium adalah periode waktu dimana organ-organ reproduksi kempali pada
kedaan sebelum hamil dan memerlukan waktu 6 minggu dari mulai bayi keluar.
(Bobak, 2006 )
Masa nifas ( puerperium)
adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat- alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu.
Puerperium adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. ( Obstetri fisiologi, hal 315 )
2.1.2 Periode Masa Nifas
a.
Puerperium Dini
Puerperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial
Puerperium Intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.
Remote Puerperium
Remote puerperium adalah waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
berminggu-minggu, bulanan dan tahunan. ( Sinopsis Obstetri jilid 1, 115 )
2.1.3 Involusi Alat- Alat Kandungan
a.
Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi
kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus
menurut involusi.
Involusi
|
Tinggi Fundus Uterus
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pusat
2
jari bawah pusat
pertengahan pusat simphisis
tidak teraba di atas simphisis
bertambah kecil
sebesar normal
|
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
b.
Bekas Implantasi Uri
Plasental bed mengecil karena kontraksi
dan menonjol cavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5
cm, pada minggu ke-6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
c.
Luka- luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai
infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
d.
Rasa sakit
Rasa sakit yang disebut after pains (
meriang atau mules-mules ) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4
hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan
bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti mules.
e. Lochia
Lochia
adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
1. Lochia
rubra ( cruenta ): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban sel-sel
desi dua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari.
2. Lochia
sanguilenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan
3. Lochia
serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan
4. Lochia
alba: cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochia
purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochiostatis
: lochia tidak lancar keluarnya
f.
Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak
mengangga seperti corong berwarna kehitaman, konsistensinya lunak kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari.
g.
Ligamen-ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang
dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
2.1.4
Perawatan
Masa Nifas
1. Mobilisasi
Karena
lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk,
hari ketiga jalan-jalan dan hari ke- 4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi di atas mempunyai variasi bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan
harus mermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya
kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami
sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi m. Sfingter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang
air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans
per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan
Payudara
Perawatan
mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu
menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Untuk
menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan
pada kelenjar mamma, yaitu :
·
Proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah
·
Keluaran cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning putih susu
·
Hipervaskularisasi pada permukaan dan
bagian dalam dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas
·
Setelah persalinan, pengaruh supresi
esterogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik ( LH )
atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin
menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar.
Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
( Sinopsis Obstetri Jilid 1 )
2.1.5
Patologi
Masa Nifas
Patologi yang sering
terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Infeksi
nifas
2. Perdarahan
dalam masa nifas
3. Infeksi
saluran kemih
4. Patologi
menyusui
(
Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, hal 95 )
2.1.6
Penatalaksanaan
1. Bina
hubungan saling percaya dengan pasien
2. Lakukan
observasi TTV, TFU, UC dan perdarahan
3. Anjurkan
ibu untuk melakukan mobilisasi dini
4. Anjurkan
ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
5. Berikan
HE pada ibu tentang kebersihan diri dan gizi ibu menyusui
6. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian terapi